Perang besar terakhir di Indonesia menjadi kali pertama Belanda mengirim wanita untuk bertugas di militer. Selama Perang Dunia Kedua, ketika banyak pria Belanda dipanggil untuk melakukan Arbeitseinsatz (kerja paksa di Nazi Jerman), wanita mengambil alih pekerjaan pria di Belanda. Hal ini mendorong terjadinya gelombang emansipasi pascaperang. Wanita pertama yang bertugas di militer tidak diperlengkapi dengan senjata. Tergabung dalam korps wanita angkatan laut (Marine Vrouwen Afdeling, MARVA) atau korps wanita pendukung angkatan darat (Vrouwen Hulpkorps van de Landmacht, VHK), tugas utama para prajurit perempuan ini adalah melakukan kegiatan penunjang. Di bawah slogan “maak een man vrij voor de vloot” (dukung para pria untuk terjun ke medan perang), para prajurit wanita MARVA mengambil alih tugas-tugas administrasi, komunikasi dan perawatan kesehatan. Meskipun mereka tidak terlibat langsung dalam pertempuran, mereka berperan besar sebagai tenaga pendukung.
‘Neemt dienst bij de Marva’s’. Poster rekrutmen MARVA diproduksi oleh Marine Voorlichtingsdienst (MARVO). 1946. Percetakan: James Haworth & Brother Ltd, London. Dimensi: 74,5 x 49 cm. Or. 27.832.