Untuk sekian lama, Republik Indonesia dibingkai Belanda sebagai hasil bentukan fasisme Jepang. Republik Indonesia dituduh tidak mendapat dukungan dari rakyatnya dan bahwa kemerdekaan diproklamasikan oleh kelompok kecil fanatik yang bekerja sama dengan Jepang. Itulah sebabnya Sukarno digambarkan sebagai 'Mussert Indonesia', yaitu orang yang mendirikan partai Nazi di Belanda pada 1930-an.
Lembaga Darurat Hindia Timur (Stichting 'Indië in Nood') sangat menentang kemerdekaan Indonesia. Penggunaan nama 'Indië' (Hindia Timur) yang terus digunakan, alih-alih 'Indonesia,' dalam nama lembaganya juga menyiratkan banyak hal. Lembaga ini menyebarkan propaganda untuk menyerukan pemulihan otoritas Belanda sesegera mungkin. Naga Jepang dan pejuang Indonesia yang bersatu di bawah bendera Indonesia menyerang seorang wanita Indonesia dengan bayinya, menggambarkan kekerasan — dilambangkan dengan gunung berapi — yang akan membanjiri Indonesia, kecuali Belanda mengambil tindakan. Seperti teks di atas yang menyatakan, "Teror dan kemiskinan di bawah bendera Merah Putih". Hanya di bawah bendera Belanda dapat tercapai ketertiban dan kemakmuran (“Orde en Welvaart”), seperti yang digambarkan oleh gambar damai dengan orang-orang pekerja keras di sawah.
‘Onder de Rood-Witte vlag Terreur en Armoede - Onder het Rood-Wit-Blauw Orde en Welvaart’. Poster. Penerbit: Stichting ‘Indië in Nood’, c. 1945. Or. 27.011-4.