Pada Konferensi Malino tahun 1946, Letnan Gubernur Jenderal Huib van Mook (mengenakan helm empulur) disambut oleh Pangeran Gowa. Pada konferensi ini, Van Mook (sebagai pejabat tertinggi di Hindia Belanda) mengungkapkan rencana barunya untuk melakukan dekolonisasi koloni secara bertahap. Idenya adalah bahwa Konferensi Malino akan menghasilkan serikat federal negara-negara bagian yang dapat bertindak sebagai penyeimbang Republik di Jawa dan Sumatera, yang telah diakui Belanda. Namun, Sukarno dan rekan-rekannya melihat ini sebagai upaya untuk melemahkan Republik, dan memandang negara-negara Malino sebagai negara boneka Belanda. Namun, kaum Federalis Indonesia menginginkan kemerdekaan terlaksana secara bertahap, dengan otonomi lokal dan konsultasi dengan mantan penguasa kolonial. Konferensi Malino menjadi bukti awal konflik yang pahit mengenai bentuk konstitusional dan arah politik yang harus diambil Indonesia.
Letnan Gubernur Jenderal H.J. van Mook disambut oleh Pangeran Gowa di Konferensi Malino, timur laut Makassar. Sulawesi (Celebes), 1946. Foto diambil oleh Layanan Informasi Pemerintah Hindia Belanda (NIGIS). KITLV A1133, KITLV 157695.