4.5 Kelompok Tionghoa Kala Revolusi di Surabaya (wawancara)

< >

Description

Ketika pasukan Sekutu Inggris mendarat di Indonesia pada tahun 1945 untuk melucuti senjata Jepang, revolusi Indonesia sudah berlangsung. Sebuah insiden terjadi di Hotel Oranje di Surabaya saat bendera triwarna Belanda dikibarkan dan memicu pertempuran paling berdarah dalam perang kemerdekaan. Kaum revolusioner merasa takut Inggris akan membantu kekuatan kolonial Belanda mengambil alih kendali. Setiap orang yang dicurigai oleh kaum revolusioner Indonesia sebagai mata-mata atau bekerja sama dengan kekuatan kolonial berada dalam bahaya, termasuk orang Indonesia sendiri. Orang Tionghoa Indonesia juga sering dianggap sebagai wakil rezim kolonial. Karena itulah Bapak Sie dan lima orang lainnya mengatur evakuasi beberapa keluarga Tionghoa dari Surabaya. Ia berbagi kisah tentang kekerasan yang terjadi pada saat itu. Apabila pihak Indonesia mengingat periode ini sebagai Revolusi, orang-orang Eropa dan Indisch mengingatnya sebagai periode Bersiap. Perspektif yang berbeda tentang peristiwa ini masih bergema hingga sekarang.

Wawancara dengan Sie Gwan San. Koleksi Sejarah Lisan CIHC CIHC 22-1. Tidak dicantumkan tempat, 2013.

Pengungsi Tionghoa berjalan ke arah garis Inggris selama Pertempuran Surabaya. Surabaya, 1945. Juru Foto tidak diketahui. KITLV 44715.

Transkripsi
S: “Kami tidur di penggilingan padi dengan… pengungsi, sebut saja begitu, semuanya orang Tionghoa. Dalam perjalanan, saya melihat satu orang. Seorang jenderal yang ternyata orang Arab Salah satu saksi mengatakan demikian. Saksi mengatakan ia adalah Arab Sunkar. Saya tidak akan pernah melupakan kata-kata itu: Arab Sunkar.”

I: “Arab Sunkar?”

S: “Sunkar adalah nama, Arab karena dia orang Arab dan dia dipanggil Sunkar. Ia diseret dari Surabaya Selatan menuju Sidoarjo. Saya melihatnya..”

I: Apa maksud Anda ‘diseret’?’

S: “Diseret di belakang truk, hidup-hidup.”

I: “Oh, tidak.”

S: “Diseret. Karena ia adalah 'mata-mata musuh'. Saya sendiri tidak melihatnya tetapi salah satu teman saya melihatnya, Lian Hwat – orang-orang dibakar. Di alun-alun. 'Ia mata-mata musuh.’”

I: “Apakah mereka orang Tionghoa?”

S: “Tidak, tidak. Tidak ada orang Tionghoa sama sekali. Mereka orang Indonesia.”

I: “Dan Anda pergi ke Surabaya untuk orang Tionghoa...”

S: “Untuk menjemput mereka.”

I: “…dan bawa mereka ke tempat yang lebih aman.”