5.3 Hati dan Pikiran (wawancara)
Description
D. dibesarkan di Kampung Afrikan, daerah khusus di Purworejo yang diperuntukkan bagi keturunan tentara Afrika yang bertugas di KNIL. Pada abad kesembilan belas, KNIL telah merekrut orang-orang Afrika ini melalui perdagangan budak di Elmina, di pantai yang sekarang disebut Ghana. Keturunannya, yang dikenal sebagai 'Black Dutch' atau 'Belanda Hitam', biasanya memiliki ayah Afrika dan ibu Jawa. Banyak dari orang Indo-Afrika ini mengikuti jejak ayah mereka dan bergabung dengan militer sebagai tentara profesional. D. bergabung dengan KNIL pada tahun 1941 dan kemudian ditahan di Jepang. Ketika Indonesia dibebaskan, ia bergabung dengan angkatan darat untuk membantu Inggris melucuti senjata Jepang di Bali. Pejuang kemerdekaan Indonesia saat itu baru mulai beroperasi di pulau tersebut. Ia berbicara tentang bagaimana pasukannya melawan kaum revolusioner di Bali dan bagaimana garis pemisah antara pejuang Indonesia dan warga sipil mulai luntur. Pada saat yang sama, ia diperintahkan untuk memenangkan hati dan pikiran penduduk setempat: sebuah misi yang kontradiktif.
Wawancara dengan D. SMGI 1187.1 (13), 1997.
Marinir Kerajaan Belanda memberikan perawatan kepada masyarakat Kamal. Madura, 1947. Juru Foto tidak diketahui. KITLV 14075.
Transkripsi
I: “Bagaimana cara kerjanya, untuk melakukan tindakan tersebut?”
D: “Kami diberi informasi yang diperlukan tentang para pejuang kemerdekaan Indonesia: bahwa mereka berada di desa ini dan itu. Kemudian, menjelang fajar, desa-desa itu akan dikepung oleh pasukan kami. Saat fajar, pasukan akan memasuki desa-desa untuk melihat apakah para pejuang kemerdekaan ada di sana. Dan kemudian mereka akan ditawan. Tapi itu adalah operasi yang ceroboh dan berlebihan. Penduduk desa pun segera menyadari apa yang sedang terjadi. Karena itulah perintah dikeluarkan, untuk tidak melarikan diri, tidak meninggalkan tempat. Tapi saya bisa membayangkan orang-orang itu akan panik dan mencoba melarikan diri. Nah, siapa pun yang melarikan diri ditembak mati. Itu benar-benar....Sungguh... Itulah yang terjadi setiap saat. Tentu saja pasti ada orang tak bersalah yang ditembak mati juga. Itu tidak diragukan lagi. Sebagai seorang perawat, saya harus mencoba melanjutkan dan memberi perawatan bagi orang-orang Indonesia yang terluka itu.”
I: “Apakah Anda tahu mengapa Anda diberi perintah itu?”
D: “Tentu saja kami seharusnya berbuat baik antar sesama orang Indonesia. Di Mengwi, Bali terdapat sebuah klinik rawat jalan. Saya sering memberikan bantuan di sana, memberikan obat-obatan. Karena tentara Belanda memiliki lebih banyak obat-obatan daripada orang Indonesia. Kami juga menyita obat-obatan yang dimiliki Jepang. Jadi saya memberikan itu kepada orang Indonesia. Maksudnya hanya ingin berbuat baik.”
Wawancara dengan D. SMGI 1187.1 (13), 1997.
Marinir Kerajaan Belanda memberikan perawatan kepada masyarakat Kamal. Madura, 1947. Juru Foto tidak diketahui. KITLV 14075.
Transkripsi
I: “Bagaimana cara kerjanya, untuk melakukan tindakan tersebut?”
D: “Kami diberi informasi yang diperlukan tentang para pejuang kemerdekaan Indonesia: bahwa mereka berada di desa ini dan itu. Kemudian, menjelang fajar, desa-desa itu akan dikepung oleh pasukan kami. Saat fajar, pasukan akan memasuki desa-desa untuk melihat apakah para pejuang kemerdekaan ada di sana. Dan kemudian mereka akan ditawan. Tapi itu adalah operasi yang ceroboh dan berlebihan. Penduduk desa pun segera menyadari apa yang sedang terjadi. Karena itulah perintah dikeluarkan, untuk tidak melarikan diri, tidak meninggalkan tempat. Tapi saya bisa membayangkan orang-orang itu akan panik dan mencoba melarikan diri. Nah, siapa pun yang melarikan diri ditembak mati. Itu benar-benar....Sungguh... Itulah yang terjadi setiap saat. Tentu saja pasti ada orang tak bersalah yang ditembak mati juga. Itu tidak diragukan lagi. Sebagai seorang perawat, saya harus mencoba melanjutkan dan memberi perawatan bagi orang-orang Indonesia yang terluka itu.”
I: “Apakah Anda tahu mengapa Anda diberi perintah itu?”
D: “Tentu saja kami seharusnya berbuat baik antar sesama orang Indonesia. Di Mengwi, Bali terdapat sebuah klinik rawat jalan. Saya sering memberikan bantuan di sana, memberikan obat-obatan. Karena tentara Belanda memiliki lebih banyak obat-obatan daripada orang Indonesia. Kami juga menyita obat-obatan yang dimiliki Jepang. Jadi saya memberikan itu kepada orang Indonesia. Maksudnya hanya ingin berbuat baik.”