5.4 Kekerasan Revolusioner (wawancara)
Description
Setelah Republik diproklamasikan, revolusi Indonesia pecah dan memicu periode kekerasan yang dikenal di Belanda dengan periode Bersiap. Kata ‘bersiap’ diteriakan sebagai seruan bagi pemuda, milisi muda, untuk mengangkat senjata, ditujukan kepada setiap orang yang menolak atau diduga menolak kemerdekaan Indonesia. Periode ini sarat dengan kekerasan yang dilancarkan pihak Indonesia terhadap orang-orang Eropa, Indisch, Maluku, Belanda dan Cina. Akan tetapi, pada periode ini terdapat banyak pelalu dan korban lain dari kekerasan ekstrem yang terjadi. Eskalasi kekerasan terjadi sebagai sebentuk balas dendam. Para pemuda menyerang desa Kristen tempat C., seorang Maluku, tinggal. Setelah sebelumnya dilecehkan dan dianiaya, ia dibebaskan dari penjara Bogor (Buitenzorg) oleh pasukan Gurkha Inggris. Ia kemudian bergabung dengan tentara Inggris untuk mengambil tindakan terhadap orang Indonesia. Catatan C. menunjukkan bagaimana pelaku dan korban tidak dapat didefinisikan secara jelas dalam kategori terpisah di fase awal perang kemerdekaan ini.
Wawancara dengan C. SMGI 1303.3 (2), 1998
Kelompok Nasionalis Indonesia dijaga oleh Gurkha. Batavia, 1945. Foto diambil oleh Layanan Informasi Pemerintah Hindia Belanda (NIGIS). KITLV 25305.
Transkripsi
I: “Apakah tentara Inggris menerima para sukarelawan yang tidak terlatih ini untuk berjuang bersama mereka?”
C: “Ya, kami bisa mendaftar ke kamp Inggris sebagai sukarelawan. Operasi-operasi tersebut adalah operasi keamanan untuk menghentikan para ekstremis yang menyusup dan sebagainya. Dan tentu saja kami sangat ingin melakukan pembalasan selagi kami bisa. Bagi kami, mengambil bagian dalam operasi keamanan bersama dengan tentara Inggris sangat penting artinya.”
I: “Apakah Anda punya firasat bahwa itu akan berbahaya?”
C: “Tentu, itu sudah dijelaskan sebelumnya. Kami menanggung risiko besar, tentu saja. Yang dilakukan bukanlah permainan; melainkan operasi yang serius. Jadi kami harus waspada, tentu saja..”
I: “Apakah Anda harus menandatangani sesuatu?”
C: “Tidak. Maksud saya, kami teramat bersikeras untuk terlibat dalam operasi ini, kami betul-betul fanatik.”
I: “Dan orang tua Anda?”
C: “Ayah saya pada awalnya menentangnya, tentu saja. Tapi saya bersikeras untuk diizinkan bergabung dengan mereka. Saya berpatroli bersama mereka beberapa kali , mungkin dua atau tiga kali. Setelah itu, saya lebih berkonsentrasi pada sekolah.”
Wawancara dengan C. SMGI 1303.3 (2), 1998
Kelompok Nasionalis Indonesia dijaga oleh Gurkha. Batavia, 1945. Foto diambil oleh Layanan Informasi Pemerintah Hindia Belanda (NIGIS). KITLV 25305.
Transkripsi
I: “Apakah tentara Inggris menerima para sukarelawan yang tidak terlatih ini untuk berjuang bersama mereka?”
C: “Ya, kami bisa mendaftar ke kamp Inggris sebagai sukarelawan. Operasi-operasi tersebut adalah operasi keamanan untuk menghentikan para ekstremis yang menyusup dan sebagainya. Dan tentu saja kami sangat ingin melakukan pembalasan selagi kami bisa. Bagi kami, mengambil bagian dalam operasi keamanan bersama dengan tentara Inggris sangat penting artinya.”
I: “Apakah Anda punya firasat bahwa itu akan berbahaya?”
C: “Tentu, itu sudah dijelaskan sebelumnya. Kami menanggung risiko besar, tentu saja. Yang dilakukan bukanlah permainan; melainkan operasi yang serius. Jadi kami harus waspada, tentu saja..”
I: “Apakah Anda harus menandatangani sesuatu?”
C: “Tidak. Maksud saya, kami teramat bersikeras untuk terlibat dalam operasi ini, kami betul-betul fanatik.”
I: “Dan orang tua Anda?”
C: “Ayah saya pada awalnya menentangnya, tentu saja. Tapi saya bersikeras untuk diizinkan bergabung dengan mereka. Saya berpatroli bersama mereka beberapa kali , mungkin dua atau tiga kali. Setelah itu, saya lebih berkonsentrasi pada sekolah.”