Suara-Suara dari Perang
Hanya sedikit orang di sekitar tahun 2021 yang dapat memberikan kesaksian tentang perang kemerdekaan Indonesia, dan jumlahnya pun semakin berkurang. Namun, koleksi sejarah lisan Perpustakaan Universitas Leiden masih memungkinkan kita untuk mendengar kesaksian langsung mengenai perang. Rekaman wawancara tidak hanya memberikan wawasan baru tentang peristiwa sejarah, tetapi juga memberikan nuansa lebih atau refleksi dari peristiwa tersebut. Kutipan wawancara yang disajikan dalam tema ini menawarkan berbagai perspektif yang bersifat pribadi tentang perang di Indonesia.
Tidak mengherankan jika semua wawancara mengungkap dampak perang yang telah diderita dalam waktu yang cukup panjang. Sebagai sebuah sumber, wawancara sangat bersifat subjektif. Karena rekaman diambil lama setelah peristiwa terjadi, wawancara menunjukkan betapa tidak dapat diandalkannya ingatan kita atau bagaimana orang yang diwawancarai dapat dipengaruhi oleh perdebatan tentang perang yang beredar di masyarakat. Meskipun demikian, |
banyak juga orang yang masih dapat mengingat pengalamannya hingga ke detail terkecil. 'Suara-suara dari perang' yang ditampilkan di sini berasal dari warga sipil, tentara, dan banyak juga yang lainnya.
Tujuan ditampilkannya beragam pilihan ini adalah agar orang-orang dengan pengalaman berbeda dapat didengar. Sebagian besar wawancara berasal dari koleksi Yayasan Sejarah Lisan Indonesia (Stichting Mondelinge Geschiedenis Indonesië, SMGI) dan direkam pada tahun 1990-an dan 2000-an di Belanda. Wawancara ini mewarnai keterangan saksi. Oleh karena itu, prioritasnya adalah memilih wawancara yang menyajikan posisi dan pengalaman perang yang sering terabaikan, baik di Belanda maupun di Indonesia. Kriteria seleksi lainnya adalah pentingnya sejarah wawancara: setiap kesaksian dan perspektif membawa kita lebih dekat dengan realitas sejarah perang kemerdekaan di Indonesia.
|